Delapan Arti Penting Hijab (Jilbab)
1. Hijab Itu Adalah Ketaatan Kepada Allah Dan Rasul
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mewajibkan ketaatan kepada Allah dan
Rasul-Nya berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (yang artinya):
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak pula bagi
perempuan yang mu’minah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka
sesungguhnya dia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata.” (Q.S.
Al-Ahzab: 36)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memerintahkan kaum
wanita untuk menggunakan Hijab Syar'i sebagaimana firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala (yang artinya): “Dan katakanlah kepada wanita yang beriman:
“Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluan-nya, dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak
dari padanya.” (Q.S An-Nur: 31)
2. Hijab Itu ‘Iffah (Kemuliaan)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kewajiban menggunakan hijab
sebagai tanda ‘Iffah (menahan diri dari maksiat). Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman (yang artinya): “Hai Nabi! Katakanlah kepada
istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min:
“Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka
tidak diganggu.” (Q.S. Al-Ahzab: 59)
3. Hijab Itu Kesucian
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya):
“Apabila kamu meminta suatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri
Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih
suci bagi hatimu dan hati mereka. (Q.S. Al-Ahzab: 53)
Allah
Subhanahu wa Ta’ala menyifati hijab sebagai kesucian bagi hati
orang-orang mu’min, laki-laki maupun perempuan. Karena mata bila tidak
melihat maka hatipun tidak berhasrat. Pada saat seperti ini, maka hati
yang tidak melihat akan lebih suci. Ketiadaan fitnah pada saat itu lebih
nampak, karena hijab itu menghancurkan keinginan orang-orang yang ada
penyakit di dalam hatinya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang
artinya): “Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga
berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya.” (Q.S. Al-Ahzab:
32)
4. Hijab Itu Pelindung
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wassalam bersabda (yang artinya): “Sesungguhnya Allah itu Malu dan
Melindungi serta Menyukai rasa malu dan perlindungan”
Sabda beliau
yang lain (yang artinya): “Siapa saja di antara wanita yang melepaskan
pakaiannya di selain rumahnya, maka Allah Azza wa Jalla telah mengoyak
perlindungan rumah itu dari padanya.”
Jadi balasannya setimpal dengan perbuatannya.
5. Hijab Itu Taqwa
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman(yang artinya): “Hai anak Adam!
Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi
auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang
paling baik.” (Q.S. Al-A’raaf: 26)
6. Hijab Itu Iman
Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak berfirman kecuali kepada wanita-wanita
beriman (yang artinya): “Dan katakanlah kepada wanita yang beriman.”
(Q.S. An-Nur: 31).
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman (yang artinya): “Dan istri-istri orang beriman.” (Q.S. Al-Ahzab: 59)
Dan ketika wanita-wanita dari Bani Tamim menemui Ummul Mu’minin, Aisyah
radhiyallahu anha dengan pakaian tipis, beliau berkata: “Jika kalian
wanita-wanita beriman, maka (ketahuilah) bahwa ini bukanlah pakaian
wanita-wanita beriman, dan jika kalian bukan wanita beriman, maka
silahkan nikmati pakaian itu.”
7. Hijab Itu Haya’ (Rasa Malu)
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda (yang artinya):
“Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak Islam itu
adalah rasa malu.”
Sabda beliau yang lain (yang artinya): “Malu itu adalah bagian dari iman dan iman itu di surga.”
Sabda Rasul yang lain (yang artinya): “Malu dan iman itu bergandengan
bersama, bila salah satunya di angkat maka yang lainpun akan terangkat.”
8. Hijab Itu Perasaan Cemburu
Hijab itu selaras dengan perasaan cemburu yang merupakan fitrah seorang
laki-laki sempurna yang tidak senang dengan pandangan-pandangan khianat
yang tertuju kepada istri dan anak wanitanya. Berapa banyak peperangan
terjadi pada masa Jahiliyah dan masa Islam akibat cemburu atas seorang
wanita dan untuk menjaga kehormatannya. Ali bin Abi Thalib Radiyallahu
‘anhu berkata:
“Telah sampai kepadaku bahwa wanita-wanita kalian
berdesak-desakan dengan laki-laki kafir orang ‘ajam (non Arab) di
pasar-pasar, tidakkah kalian merasa cemburu? Sesungguhnya tidak ada
kebaikan pada seseorang yang tidak memiliki perasaan cemburu.”
Beberapa Syarat Hijab Yang Harus Terpenuhi:
1. Menutupi seluruh anggota tubuh wanita -berdasarkan pendapat yang paling kuat.
2. Hijab itu sendiri pada dasarnya bukan perhiasan.
3. Tebal dan tidak tipis atau trasparan.
4. Longgar dan tidak sempit atau ketat.
5. Tidak memakai wangi-wangian.
6. Tidak menyerupai pakaian wanita-wanita kafir.
7. Tidak menyerupai pakaian laki-laki.
8. Tidak bermaksud memamerkannya kepada orang-orang.
9. Jangan Berhias Terlalu Berlebihan(Tabarruj)
Bila anda memperhatikan syarat-syarat tersebut di atas akan nampak bagi
anda bahwa banyak di antara wanita-wanita sekarang ini yang menamakan
diri sebagai wanita berjilbab, padahal pada hakekatnya mereka belum
berjilbab. Mereka tidak menamakan jilbab dengan nama yang sebenarnya.
Mereka menamakan Tabarruj sebagai hijab dan menamakan maksiat sebagai
ketaatan.
Musuh-musuh kebangkitan Islam berusaha dengan sekuat
tenaga menggelincirkan wanita itu, lalu Allah menggagalkan tipu daya
mereka dan meneguhkan orang-orang Mu’min di atas ketaatan kepada
Tuhannya. Mereka memanfaatkan wanita itu dengan cara-cara kotor untuk
memalingkannya dari jalan Tuhan dengan memproduksi jilbab dalam berbagai
bentuk dan menamakannya sebagai “jalan tengah” yang dengan itu ia akan
mendapatkan ridha Tuhannya -sebagaimana pengakuan mereka- dan pada saat
yang sama ia dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan tetap menjaga
kecantikannya.
Kami Dengar Dan Kami Taat
Seorang muslim
yang jujur akan menerima perintah Tuhannya dan segera menerjemahkannya
dalam amal nyata, karena cinta dan perhomatannya terhadap Islam, bangga
dengan syariat-Nya, mendengar dan taat kepada sunnah nabi-Nya dan tidak
peduli dengan keadaan orang-orang sesat yang berpaling dari kenyataan
yang sebenarnya, serta lalai akan tempat kembali yang ia nantikan. Allah
menafikan keimanan orang yang berpaling dari ketaatan kepada-Nya dan
kepada rasul-Nya: “Dan mereka berkata: “Kami telah beriman kepada Allah
dan rasul, dan kami menaati (keduanya).” Kemudian sebagian dari mereka
berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang
beriman. Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya, agar
rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari
mereka menolak untuk datang.” (Q.S. An-Nur: 47-48)
Firman Allah
yang lain (yang artinya): “Sesungguhnya jawaban orang-orang mu’min, bila
mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum
(mengadili) di antara mereka ialah ucapan: “Kami mendengar dan kami
patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Dan barangsiapa
yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa
kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapatkan
kemenangan.” (Q.S. An-Nur: 51-52)
Dari Shofiyah binti Syaibah
berkata: “Ketika kami bersama Aisyah radhiyallahu anha, beliau berkata:
“Saya teringat akan wanita-wanita Quraisy dan keutamaan mereka.” Aisyah
berkata: “Sesungguhnya wanita-wanita Quraisy memiliki keutamaan, dan
demi Allah, saya tidak melihat wanita yang lebih percaya kepada kitab
Allah dan lebih meyakini ayat-ayat-Nya melebihi wanita-wanita Anshor.
Ketika turun kepada mereka ayat: “Dan hendaklah mereka menutupkan kain
kudung ke dadanya.” (Q.S. An-Nur: 31)
Maka para suami segera mendatangi
istri-istri mereka dan membacakan apa yang diturunkan Allah kepada
mereka. Mereka membacakan ayat itu kepada istri, anak wanita, saudara
wanita dan kaum kerabatnya. Dan tidak seorangpun di antara wanita itu
kecuali segera berdiri mengambil kain gorden (tirai) dan menutupi kepala
dan wajahnya, karena percaya dan iman kepada apa yang diturunkan Allah
dalam kitab-Nya. Sehingga mereka (berjalan) di belakang Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wassalam dengan kain penutup seakan-akan di atas
kepalanya terdapat burung gagak.”
Dikutip dari Kitab "Al Hijab" Departemen Agama Arab Saudi
@Arafat Caem :*
No comments:
Post a Comment